Serang, Media Kriminalitas-
Aneka keragaman budaya bangsa Indonesia merupakan salah satu wujud dari Negara
kesatuan yang penuh dengan keberagaman dan kekayaan. Indonesia yang terdiri
dari atas beraneka ragam nya baik itu dari segi suku,budaya, ras, daerah,
kepercayaan agama dan lain-lain.
Meskipun
indonesia banyak keragaman, namun bisa mempersatukan dari berbagai keragaman
tersebut, sesuai dengan semboyan Negara Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal Ika”
yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua.
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang dimiliki oleh bangsa Indoneisa. Di indonesia keragaman bidaya adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri lagi keberadaanya.
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang dimiliki oleh bangsa Indoneisa. Di indonesia keragaman bidaya adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri lagi keberadaanya.
Seperti
yang baru-baru ini dilaksanakan oleh warga Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang
Banten, yaitu tradisi Ngagurah Sungai Cidano,
Berdasarkan
pantauan Media Kriminalitas, “Saat acara berlangsung bukan saja masyarakat yang
berada di sekitar atau dekat dengan bantaran sungai, melainkan masyarakat
lainya pun ikut turut untuk meramaikan dan memeriahkan acara tersebut,
Tradisi
ini sudah turun menurun dilaksanakan secara rutin dan dilakukan pada saat musim
kemarau tiba, ketika air danau kecil dan dilakukan secara bersama-sama.
Besar
kemungkinan banyak masyarakat luar yang belum mengetahui akan tradisi
masyarakat cinangka ini,Ngagurah sungai cidano di lakukan oleh warga yang
berada dan dekat dengan bantaran sungai, dan dilakukan saat musim kemarau
ketika air danau kecil. Disamping Banyak manfaat yang di rasakan dari tradisi
ngagurah ini,
Diantaranya
warga mendapatkan tangkapan ikan secara geratis,selain itu muncul komunitas
penghobi,bahkan pemerintah pun turut andil dan juga pengusaha menaruh perhatian
khusus dalam tradisi yang secara rutin dilaksanakan.
Tradisi
ngagurah ini sudah ada sejak dahulu,meskipun tidak diketahui secara pasti sejak
kapan di mulainya dan siapa yang pertama kali pencetusnya, serta dari daerah
mana saja yang ikut ngagurah ini. entahlah tidak ada yang mengetahui secara
pasti.
Sebelum
pelaksanaanya, warga sudah jauh jauh hari, dari mulut kemulut untuk mengajak
dan memberitahukan hari H nya. Sehingga ketika tepat pada waktunya, dari
berbagai kampung dan desa berdatangan secara bergerombol. mayoritas warga
membawa alat penangkap dan wadah ikan tradisional, kadang ada yang membuat
sendiri atau pesan, sehingga ukurannya pun bervariasi, dari yang sedang hingga
sangat besar dan selebihnya dapat di beli dipasar.
Warga
pun tidak lupa dalam tradisi ngagurah ini membawa kebutuhan seperti nasi
timbel, terkadang timbelnya sengaja hanya nasi dengan sambel saja, karena
maunya usai ngagurah mereka pilih beberapa ikan untuk dibakar di lokasi lalu
bancakan (nasi dan sambel disatukan dan digelar diatas daun pisang yang
dihamparkan, lalu makan bersama sama).
Menurut
warga, pemerhati, penggiat sekaligus penghobi ngagurah ini, Mengatakan bahwa
ngagurah ini banyak sisi positifnya baik bagi dirinya maupun yang lain
(manpaatnya); pertama, dengan ikut ngagurah warga dapat tangkapan ikan yang
bermanfaat untuk asupan protein dan kalsium yang dibutuhkan tubuh manusia.
Kedua, dalam praktek ngagurah ini, dari kampung,usia,karakter dan sosialogi
yang berbeda menyatu dalam tempat yang sama dengan tujuan yang sama pula.
Disini tumbuh rasa solidaritas dan kekompakan antar sesama, mereka saling
mengenal, menolong dan bekerjasama. Juga sebelum ngagurahnya pun rasa
kebersamaan itu telah nampak dengan saling mengajak dan memberitahukan. Ketiga,
saat ngagurah, ikan ikan banyak bersembunyi ke semak semak dan belukar
rerumputan dipinggiran sungai, supaya ikannya dapat diambil,
warga
baik secara langsung ataupun tidak telah membantu membersihkan sampah -yang
dapat menutupi atau menghambat laju air ketika musim banjir- karena tumbuhan
tersebut diangkat kedarat atau diurai atau dihanyutkan ke hilir. Keempat,
setelah mereka pulang dengan ikan miliknya masing masing, dalam hati mereka
muncul sipat kepeduliannya untuk berbagi,kepada saudara dan tetangga
mereka kasih ikan minimal memberi matengnya, dan jika dikaji masih banyak lagi
manpaat lain dari tradisi ngagurah ini.
Seiring
dengan berkembangnya jaman dan pemikiran warga, tradisi ngagurah ini
mendapatkan perhatian lebih dengan terdengarnya issu pembentukan kelompok
masyarakat penghobi ngagurah dengan ruang lingkup kampung atau desa.
Sedangkan
untuk Kedepannya, setelahnya kelompok-kelompok tersebut terbentuk, penggagas
akan melanjutkan dengan membentuk paguyuban yang mewadahi kelompok kelompok
yang tersebar di tiga kecamatan yakni; padarincang, cinangka dan mancak.
Pemerintah
sendiri turut ikut untuk mengambil bagian, bahkan tidak mau ketinggalan dari
tradisi ini, seperti Pemerintah Desa Cikolelet. Ojat Darojat Kepala desa di
wilayah cikolelet kecamatan cinangka ini telah memasukan tradisi ngagurah ini
sebagai salah destinasi wisata sebagai ikon tradisi budaya warga cikolelet.
Tradisi
ngagurah ini dipikirkan pula oleh Kepala Desa Bugel, ia mendukung dan akan
mempertahankan tradisi ini karena banyak sekali warga di desa bugel kecamatan
padarincang memperoleh manpaat. Sebagaimana halnya desa bugel, Kepala Desa
Kalumpang menyambut baik rencana tradisi ngagurah yang dalam waktu dekat ini
akan dilaksanakan, ia berharap warganya yang hobi ngagurah ambil bagian jangan
sampai ketinggalan.
Lebih
lanjut ia berharap khususnya warga desa kalumpang agar menjaga kelestarian
cagar alam cidano, jangan ngelantur dan iseng mencabut atau merusak tanaman
kehutanan karena biar kecil suka ada uang kompensasi CSR dari PT KTI yang
diberikan untuk kebutuhan masjid/mushola atau phbi/phbn yang dirasakan oleh
masyarakat banyak.
Hal
senada juga dilontarkan oleh Kepala Desa Ranca sanggal kecamatan cinangka,
kalau dalam hal dukungan dan himbauan kepala desa mengungkapan sebagaimana yang
lain. Kades ranca sanggal bahkan mengenang, dulu ketika usianya baru 5
atau 6 tahun –sekarang umurnya 42 tahun- ia ikut ke tempat yang bernama
nyirinda dua, kesana ia di suhun (digendong posisi duduk dipundak) bapaknya. Ia
(Bapaknya kades adalah tetua di wilayah bantaran cidano) mengadakan ritual
semacam meminta ijin ke penghuni dan penguasa danau dengan membakar kemenyan
baru setelah itu warga serentak turun ke sungai.
Diakhir
tulisan ini, kepada warga yang berada atau dekat bantaran sungai cidano ini
terdapat informasi bahwa satu kedua hari kedepan tepatnya tanggal 5 agustus
akan ada Ngagurah Akbar.
Sedangkan
di katakan akbar karena bupati serang HJ.Ratu Tatu Chasanah akan melihat secara
langsung ke lokasi menangkap ikan dalam tradisi ngagurah tahun ini, bahkan bukan
hanya itu saja bupati akan membagikan hadiah sebesar Rp 5,000,000,- (lima jeti
rupiah) bagi yang berhasil memenangkan lomba tangkap ikan. Semoga benar
informasi ini tak ada perubahan dan berharap kelangsungannya berjalan sesuai
rencana dan lancer, Sehingga kita semuanya bisa merasa senang, bangga dengan
tradisi dan budaya kita .(Arip)
TRADISI MASYARAKAT NGAGURAH BANTARAN SUNGAI CAGAR ALAM CI DANO
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub TRADISI MASYARAKAT NGAGURAH BANTARAN SUNGAI CAGAR ALAM CI DANO
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub