Jumat, 03 Agustus 2018

TRADISI MASYARAKAT NGAGURAH BANTARAN SUNGAI CAGAR ALAM CIDANO

Serang, Media Kriminalitas- Aneka keragaman budaya bangsa Indonesia merupakan salah satu wujud dari Negara kesatuan yang penuh dengan keberagaman dan kekayaan. Indonesia yang terdiri dari atas beraneka ragam nya baik itu dari segi suku,budaya, ras, daerah, kepercayaan agama dan lain-lain.

Meskipun indonesia banyak keragaman, namun bisa mempersatukan dari berbagai keragaman tersebut, sesuai dengan semboyan Negara Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua.

Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang dimiliki oleh bangsa Indoneisa. Di indonesia keragaman bidaya adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri lagi keberadaanya.

Seperti yang baru-baru ini dilaksanakan oleh warga Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang Banten, yaitu tradisi Ngagurah Sungai Cidano,

Berdasarkan pantauan Media Kriminalitas, “Saat acara berlangsung bukan saja masyarakat yang berada di sekitar atau dekat dengan bantaran sungai, melainkan masyarakat lainya pun ikut turut untuk meramaikan dan memeriahkan acara tersebut,

Tradisi ini sudah turun menurun dilaksanakan secara rutin dan dilakukan pada saat musim kemarau tiba, ketika air danau kecil dan dilakukan secara bersama-sama.

Besar kemungkinan banyak masyarakat luar yang belum mengetahui akan tradisi masyarakat cinangka ini,Ngagurah sungai cidano di lakukan oleh warga yang berada dan dekat dengan bantaran sungai, dan dilakukan saat musim kemarau ketika air danau kecil. Disamping Banyak manfaat yang di rasakan dari tradisi ngagurah ini,

Diantaranya warga mendapatkan tangkapan ikan secara geratis,selain itu muncul komunitas penghobi,bahkan pemerintah pun turut andil dan juga pengusaha menaruh perhatian khusus dalam tradisi yang secara rutin dilaksanakan.

Tradisi ngagurah ini sudah ada sejak dahulu,meskipun tidak diketahui secara pasti sejak kapan di mulainya dan siapa yang pertama kali pencetusnya, serta dari daerah mana saja yang ikut ngagurah ini. entahlah tidak ada yang mengetahui secara pasti.

Sebelum pelaksanaanya, warga sudah jauh jauh hari, dari mulut kemulut untuk mengajak dan memberitahukan hari H nya. Sehingga ketika tepat pada waktunya, dari berbagai kampung dan desa berdatangan secara bergerombol. mayoritas warga membawa alat penangkap dan wadah ikan tradisional, kadang ada yang membuat sendiri atau pesan, sehingga ukurannya pun bervariasi, dari yang sedang hingga sangat besar dan selebihnya dapat di beli dipasar.

Warga pun tidak lupa dalam tradisi ngagurah ini membawa kebutuhan seperti nasi timbel, terkadang timbelnya sengaja hanya nasi dengan sambel saja, karena maunya usai ngagurah mereka pilih beberapa ikan untuk dibakar di lokasi lalu bancakan (nasi dan sambel disatukan dan digelar diatas daun pisang yang dihamparkan, lalu makan bersama sama).

Menurut warga, pemerhati, penggiat sekaligus penghobi ngagurah ini, Mengatakan bahwa ngagurah ini banyak sisi positifnya baik bagi dirinya maupun yang lain (manpaatnya); pertama, dengan ikut ngagurah warga dapat tangkapan ikan yang bermanfaat untuk asupan protein dan kalsium yang dibutuhkan tubuh manusia. Kedua, dalam praktek ngagurah ini, dari kampung,usia,karakter dan sosialogi yang berbeda menyatu dalam tempat yang sama dengan tujuan yang sama pula. Disini tumbuh rasa solidaritas dan kekompakan antar sesama, mereka saling mengenal, menolong dan bekerjasama. Juga sebelum ngagurahnya pun rasa kebersamaan itu telah nampak dengan saling mengajak dan memberitahukan. Ketiga, saat ngagurah, ikan ikan banyak bersembunyi ke semak semak dan belukar rerumputan dipinggiran sungai, supaya ikannya dapat diambil,
warga baik secara langsung ataupun tidak telah membantu membersihkan sampah -yang dapat menutupi atau menghambat laju air ketika musim banjir- karena tumbuhan tersebut diangkat kedarat atau diurai atau dihanyutkan ke hilir. Keempat, setelah mereka pulang dengan ikan miliknya masing masing, dalam hati mereka muncul sipat kepeduliannya untuk berbagi,kepada  saudara dan tetangga mereka kasih ikan minimal memberi matengnya, dan jika dikaji masih banyak lagi manpaat lain dari tradisi ngagurah ini.

Seiring dengan berkembangnya jaman dan pemikiran warga, tradisi ngagurah ini mendapatkan perhatian lebih dengan terdengarnya issu pembentukan kelompok masyarakat penghobi ngagurah dengan ruang lingkup kampung atau desa.

Sedangkan untuk Kedepannya, setelahnya kelompok-kelompok tersebut terbentuk, penggagas akan melanjutkan dengan membentuk paguyuban yang mewadahi kelompok kelompok yang tersebar di tiga kecamatan yakni;  padarincang, cinangka dan mancak.

Pemerintah sendiri turut ikut untuk mengambil bagian, bahkan tidak mau ketinggalan dari tradisi ini, seperti Pemerintah Desa Cikolelet. Ojat Darojat Kepala desa di wilayah cikolelet kecamatan cinangka ini telah memasukan tradisi ngagurah ini sebagai salah destinasi wisata sebagai ikon tradisi budaya warga cikolelet.

Tradisi ngagurah ini dipikirkan pula oleh Kepala Desa Bugel, ia mendukung dan akan mempertahankan tradisi ini karena banyak sekali warga di desa bugel kecamatan padarincang memperoleh manpaat. Sebagaimana halnya desa bugel, Kepala Desa Kalumpang menyambut baik rencana tradisi ngagurah yang dalam waktu dekat ini akan dilaksanakan, ia berharap warganya yang hobi ngagurah ambil bagian jangan sampai ketinggalan.

Lebih lanjut ia berharap khususnya warga desa kalumpang agar menjaga kelestarian cagar alam cidano, jangan ngelantur dan iseng mencabut atau merusak tanaman kehutanan karena biar kecil suka ada uang kompensasi CSR dari PT KTI yang diberikan untuk kebutuhan masjid/mushola atau phbi/phbn yang dirasakan oleh masyarakat banyak.

Hal senada juga dilontarkan oleh Kepala Desa Ranca sanggal kecamatan cinangka, kalau dalam hal dukungan dan himbauan kepala desa mengungkapan sebagaimana yang lain. Kades ranca sanggal bahkan mengenang, dulu ketika usianya baru  5 atau 6 tahun –sekarang umurnya 42 tahun- ia ikut ke tempat yang bernama nyirinda dua, kesana ia di suhun (digendong posisi duduk dipundak) bapaknya. Ia (Bapaknya kades adalah tetua di wilayah bantaran cidano) mengadakan ritual semacam meminta ijin ke penghuni dan penguasa danau dengan membakar kemenyan baru setelah itu warga serentak turun ke sungai.

Diakhir tulisan ini, kepada warga yang berada atau dekat bantaran sungai cidano ini terdapat informasi bahwa satu kedua hari kedepan tepatnya tanggal 5 agustus akan ada Ngagurah Akbar.

Sedangkan di katakan akbar karena bupati serang HJ.Ratu Tatu Chasanah akan melihat secara langsung ke lokasi menangkap ikan dalam tradisi ngagurah tahun ini, bahkan bukan hanya itu saja bupati akan membagikan hadiah sebesar Rp 5,000,000,- (lima jeti rupiah) bagi yang berhasil memenangkan lomba tangkap ikan. Semoga benar informasi ini tak ada perubahan dan berharap kelangsungannya berjalan sesuai rencana dan lancer, Sehingga kita semuanya bisa merasa senang, bangga dengan tradisi dan budaya kita .(Arip)

  TRADISI MASYARAKAT NGAGURAH BANTARAN SUNGAI CAGAR ALAM CI DANO

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub TRADISI MASYARAKAT NGAGURAH BANTARAN SUNGAI CAGAR ALAM CI DANO

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub